Jumat, 17 Juni 2011

“ASAL MULA BANGUNAN BELANDA DI JALAN IJEN”

Tema : ARSITEKTUR KOTA MALANG.

Topik : sejarah arsitektur kota malang.

* History :Asal-Usul,Perkembangan,Penjajahan.

* Ciri Khas.

* Tata Kelola.

* Budaya.

* Bentuk Bangunan.


Asal mula bangunan belanda yang terletak di jalan ijen dahulunya adalah salah satu perumahan/kompleks elit orang belanda yang bernama Ijen Boulevard yang dirancang oleh Ir. Herman Thomas Karsten, dengan arsitektur eropa khususnya belanda. Yang bentuk-bentuk arsitekturnya seperti Art Deco, Renaisance, Baroqe dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak fasilitas yang disediakan oleh Ir. Herman Thoma Karsten dalam merencanakan pembangunan kota malang termasuk jalan ijen. Misalnya,di sediakan hydrant untuk memudahkan para petugas kebakaran dalam mengambil air. Dan dari sisi desain landscapenya sangat bagus dan sangat diperhitungkan sekali seperti komplek bangunan, pedestrian, jalan, maupun median jalannya. Konon Ijen Boulevard juga menjadi panduan bagi boulevar-boulevar yang terkenal di dunia, karena banyak orang luar yang meneliti desain boulevar ini. Dari sudut pandang keilmuan arsitektur dengan segala pertimbangan komposisi, estetika, proporsi dan sebagainya, tampaknya bersepakat akan tingginya ’nilai arsitektural’ bangunan-bangunan kolonial ini.

Perkembangan Kota malang mulai tumbuh setelah hadirnya pemerintahan kolonial belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Keberadaan kolonial belanda di malang membawa pengaruh besar pada perkembangan kota. Bangunan-bangunan publik dan fasilitas kota mulai bermunculan, dan semakin banyak pula warga Belanda yang datang dan menetap di Malang. Diakui ataupun tidak, kekuatan karakteristik yang ditampilkan oleh obyek-obyek arsitektur kolonial itu memang telah benar-benar mempercantik kota malang. Kolonial Belanda mempunyai prinsip-prinsip untuk mengembangkan kota Malang pada tahun 1914-1940, yaitu:

- Lahirnya perencanaan kota malang.

- Hakekat dan dampak perencanaan kota malang.

- Cara penentuan perencanaan.

- Pertumbuhan dan Karakter.

- Bentuk Utama dan Pusatnya.

- Jaringan jalan utama.

- Keindahan kota

Pada masa penjajahan, Belanda memasuki kota malang pada tahun 1767. Dan Tahun 1821 kedudukan pemerintah belanda di pusatkan di sekitar kali brantas. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri. Rumah - rumah di bagian barat kota di dirikan dan pusat kota didirikan alun-alun, dengan banguan bergaya Art Deco. Dan akhirnya, 21 September 1945 malang masuk wilayah republik Indonesia, Tetapi belanda menduduki malang pada tanggal 22 Juli 1947. 2 Maret 1947 pemerintah republik indonesia kembali memasuki kota malang. Dan 1 Januari 2001, malang berdiri menjadi pemerintah kota malang

Nama - nama ARSITEK yang telah mengembakan kota malang:

- Zusterschool, Jl. Tjelaket, dibangun antara th. 1962, Arsiteknya: Fermont & Ed.Cuypers.

- Fraterschool, Jl. Tjelaket, dibangun antara tahun 1962, Arsitenya: Hulswit.

- Komplek pertokoan, di perempatan Jl. Kayutanga, di banguna th. 1936, Arsiteknya: Karel Bos.

- Balai Kota Malang, dibangun th. 197=27-1929, Arsiteknya: H.F. Horn.

- Gedung HBS/AMS, di J.P. Coen Plein di bundaran alun-alun, dibangun th. 1931, Arsiteknya: Ir. W. Lemei.

- Theresiakerk (gereja Santa Theresia), di depan Boeringplein dibangun th. 1936, Arsiteknya: Rijksen en Estourgie.

- Gedung Maconieke Lodge, di Tjerme plein (taman Cerme), dibangun th. 1935, Arsiteknya: Ir. W. Mulder.

Minggu, 05 Juni 2011

Arsitektur Tradisional Bali

Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud Konsep Dasar Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah: Orientasi Kosmologi atau dikenal dengan Sanga MandalaKeseimbangan Kosmologi, Manik Ring CucupuHierarki ruang, terdiri atas Tri Loka dan Tri AnggaDimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia Orientasi Kosmologi / Sanga Mandala Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sanga MandalaSanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu: Sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer)Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari)Sumbu natural: Gunung dan Laut Hirarki Ruang / Tri Angga sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala.Madya, bagian yang terletak di tengah, badan.Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki. Dimensi Tradisional Bali Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dimensi Tradisional Bali Dalam perancangan sebuah bangunan tradisional Bali, segala bentuk ukuran dan skala didasarkan pada orgaan tubuh manusia. Beberapa nama dimensi ukuran tradisional Bali adalah : Astha, Tapak, Tapak Ngandang, Musti, Depa, Nyari, A Guli serta masih banyak lagi yang lainnya. sebuah desain bangunan tradidsional,harus memiliki aspek lingkungan ataupun memprhatikan kebudayan tersebut.