Rumah masing masing keluarga hampir seragam mulai dari pintu gerbang, bangunan suci(merajan) dapur, tempat tidur, ruangan tamu, serta lumbung untuk menyimpan padi. Antara satu rumah dengan rumah lainnya, terdapat sebuah lorong yang menghubungkannya sebagai tanda keharmonisan mereka hidup bermasyarakat. Jalan utama desa adat berupa jalan sempit yang lurus dan berundag undag. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh desa adat penglipuran adalah adatnya yang unik serta tingginya frekuensi upacara adat dan keagamaan.
Tata letak rumah di masing masing keluarga tetap
menganut falsafah “Tri Hita Karana”.
Sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan
antara manusia
dengan manusia, manusia dengan lingkungan, serta manusia dengan Tuhan.
Pintu gerbang yang memiliki bentuk yang seragam terletak di sisi timur dan barat serta berhadap hadapan satu sama lainnya. Tembok pekarangan tepatnya dibuat dari tanah liat dengan bentuk dan warna seragam. Corak pintu gerbangnya atau yang disebut dengan “angkul angkul” terlihat seragam satu sama lainnya. Penampilan fisik desa adat juga sangat khas dan indah.
Salah satu aktivitas sehari-hari penduduk desa adalah becocok tanam, Selain beraktivitas bercocok tanam, aktifitas lain yang rutin pagi dan siang hari adalah berkumpul bersama sama penduduk desa yang lain dan para pria pada saat sore hari mengeluarkan ayam jago kesayangan mereka dan tidak jarang mereka melakukan tajen/ adu ayam, tetapi tanpa pisau di kakinya.
Bahan baku bamboo untuk atap angkul angkul tersedia dalam jumlah banyak karena tumbuh subur di desa adat penglipuran. Desa adat penglipuran mempunyai hutan bamboo yang cukup luas dengan sekitar limabelas macam bamboo yang dapat dijadikan sebagai jalur hiking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar