Desa ini terletak di
daerah bangli tepatnya “penglipuran”. Saya menggambil objek ini saat saya
sedang jalan-jalan, karena jalan-jalan termasuk bagian dari hobi saya. Kata penglipuran
berasal dari kata penglipur yang artinya penghibur, karena semenjak jaman kerajaan , tempat ini
adalah salah satu tempat yang bagus untuk peristirahatan. Selain itu, menurut masyarakat kata penglipuran juga dipercaya
berasal dari kata Pengeling Pura yang berarti sebagai tempat yang suci untuk
mengingat para leluhur. Generasi muda penglipuran yang hampir seluruhnya
menikmati pendidikan formal mulai dari SD hingga perguruan tinggi, tetap melestarikan tradisi yang mereka warisi
dari para leluhurnya. Bangunan suci yang terletak di hulu, perumahan di tengah dan lahan usaha tani di pinggir atau hilir.
Rumah masing masing
keluarga hampir seragam mulai dari pintu gerbang, bangunan suci(merajan) dapur, tempat tidur,
ruangan tamu, serta lumbung untuk menyimpan padi. Antara satu rumah dengan
rumah lainnya, terdapat sebuah lorong
yang menghubungkannya sebagai tanda keharmonisan mereka hidup bermasyarakat. Jalan
utama desa adat berupa jalan sempit yang lurus dan berundag undag. Potensi
pariwisata yang dimiliki oleh desa adat penglipuran adalah adatnya yang unik serta tingginya
frekuensi upacara adat dan keagamaan.
Tata letak rumah di masing masing keluarga tetap
menganut falsafah “Tri Hita Karana”.
Sebuah falsafah dalam agama Hindu yang selalu menjaga keharmonisan hubungan
antara manusia
dengan manusia, manusia dengan lingkungan, serta manusia dengan Tuhan.
Pintu gerbang yang
memiliki bentuk yang seragam terletak di sisi timur dan barat serta berhadap
hadapan satu sama lainnya. Tembok pekarangan tepatnya dibuat dari tanah liat
dengan bentuk dan warna seragam. Corak pintu gerbangnya atau yang disebut dengan
“angkul angkul” terlihat seragam satu sama lainnya. Penampilan fisik desa adat
juga sangat khas dan indah.
Salah satu aktivitas
sehari-hari penduduk desa adalah becocok tanam, Selain beraktivitas bercocok tanam,
aktifitas lain yang rutin pagi dan siang hari adalah berkumpul bersama sama
penduduk desa yang lain dan para pria pada saat sore hari mengeluarkan ayam jago
kesayangan mereka dan tidak jarang mereka melakukan tajen/ adu ayam, tetapi
tanpa pisau di kakinya.
Bahan baku bamboo untuk atap angkul angkul
tersedia dalam jumlah banyak karena tumbuh subur di desa adat penglipuran. Desa
adat penglipuran mempunyai hutan bamboo yang cukup luas dengan sekitar
limabelas macam bamboo yang dapat dijadikan sebagai jalur hiking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar